Ilmu adalah bukti olah otak manusia yang mungkin didasarkan pembuktian ilmiah. Ilmu bersumber pada kebenaran ilmiah. Setiap manusia yang sadar dan wajar dapat memiliki sebuah ilmu. Ilmu ini akan membantu keperluan hidup manusia dalam segala hal. Biasanya, ilmu selalu dituntut dengan logika tertentu yang membuat komunikasi antar manusia semakin jelas dan transparan.
Ciri suatu ilmu, antara lain harus rasional, fenomenal, sistematis, teratur, dan analitis. Pendek kata, ilmu dapat diuji kebenarannya lewat dasar-dasar pembuktian tertentu. Ilmu, memiliki paradigma dan rumus-rumus yang jelas. Pendek kata, ilmu akan berprinsip pada obyektivitas. Misalkan, ilmu bahasa, ilmu bumi, ilmu tauhid, dan lain-lain.
Berbeda dengan ilmu, dalam khasanah budaya Jawa dikenal istilah ngelmu. Istilah ini sulit dikatakan sejajar ataupun tidak sejajar dengan ilmu. Ngelmu merupakan konsep pemikiran Jawa deles (asli). Di dalamnya terdapat hal-hal yang rasional dan mungkin juga irrasional. Ngelmu tidak harus diterima melalui akal. Sebagian besar ngelmu diturunkan atau diterimakan melalui rasa.
Dalam konteks masyarakat Jawa, ilmu dipandang sebagai knowledge, sedangkan ngelmu sebagai gnosis, yaitu bentuk spiritual yang tidak saja mengandalkan intelektual tetapi intuitif. Jika ilmu didasari akal, ngelmu mendasarkan pada seluruh organ tubuh. Namun demikian, tidak berarti bahwa ngelmu itu tanpa akal dan tidak ada yang rasional. Ngelmu pun ada yang melukiskan nalar yang jelas dan transparan. Memang telah disadari oleh Masyarakat Jawa bahwa ngelmu mengandung sesuatu arti ajaran rahasia untuk pegangan hidup.
Ngelmu biasanya dicapai melalu laku batin atau rohani. Jalan rohani ini, dalam tasawuf sering disebut tarekat. Tarekat dalam budaya spiritual Jawa dikenal sebagai bagian dari laku mistik kejawen. Paradigma ngelmu dalam mistik kejawen sering dirumuskan dalam pengetahuan jarwadhosok, yaitu ngelmu diartikan angel olehe ketemu. Mangkunegara IV dalam menurut Serat Wedhatama, menggambarkan "Ngelmu iku kelakone kanthi laku". Maksudnya, perwujudan atau untuk mendapatkan suatu ngelmu harus dijalankan laku (upaya batin). Upaya tersebut dilakukan melalui penghayatan rasa yang sifatnya suprarasional dan atau intuitif. Dalam hal-hal tertentu, ngelmu justru diperoleh melalui indra keenam manusia. Atas dasar ini, maka ciri-ciri dari ngelmu antara lain:
(1) bukan merupakan aktivitas otak, melainkan rohani yang berusaha ke arah sangkan paraning dumadi; (2) untuk nggayuh kasampurnaning dumadi; (3) menuju kelepasan, yaitu celak coloking Hyang Widi, momor pamoring Sawujud; (4) berbentuk ungkapan-ungkapan sepotong yang berisi lambang. kiasan untuh.
Ciri-ciri tersebut, menunjukkan bahwa ngelmu dalam mistik kejawen memang sangat wingit (sakral) dan penuh liku-liku batin. Kendati demikian, tidak berarti ngelmu semacam ini sulit atau tidak bisa dipelajari. Biasanya manusia Jawa yang telah menekuni ngelmu ini disebut telah nyecep (menghayati) ngelmu kasepuhan (ngelmu tua atau kesempurnaan hidup). Manusia tersebut, ada juga yang menyebut telah buntas (selesai) mendalami ngelmu karang (ngelmu untuk ngudi kesempurnaan). Ngelmu karang biasanya penuh misteri batin dan rahasia gaib. Ngelmu ini implementasinya mempergunakan instrumen supranatural, seperti halnya semedi, dzikir, membaca mantram, ngracut raga, telepati, gendam, olah kanuragan, ngraga sukma, dan lain-lain. Melalui penghayatan mendalam terhadap laku-laku ini, kemungkinan manusia akan menapatkan "temuan" tentang kesaktian, sadar diri (awas-eling), dan ngerti sadurunge winarah (tahu apa yang akan terjadi).
Dengan kata lain bahwa ngelmu memang lebih sakral dibandingkan ilmu. Ngelmu memang khas Jawa. Itulah sebabnya, saya setuju ciri ngelmu yang dikemukakan Soesilo, yaitu: (1) diketahui dengan laku batin, penghayatan rohaniah, (2) ngelmu kelakone kanthi laku, setelah dijalankan, (3) berdasarkan penghayatan, perasaan yang dilakukan sendiri, didapat melalui tapa brata (mengurangi kesenangan duniawi), (4) dijalankan dengan heneng (konsentrasi), hening (pikiran bening), dan heling (ingat Tuhan).
Ngelmu demikian amat diperlukan dalam praktek mistik kejawen. Karena, mistik Kejawen bukan dilandasi oleh teologi, tetapi oleh paham theosofi. dalam paham ini, ngelmu merupakan sebuah ngelmu batin, mistik, atau ngelmu Jawa dan hakikat kejawaan. Dengan kata lain, ngelmu dalam budaya spiritual Jawa adalah pengetahuan (kawruh) batin atau sering disebut nglemu kasampurnaning dumadi. Atau sering juga dinamakan ngelmu sejati, ngelmu kasunyatan. Dalam serat Wedharan Wirid, ngelmu serupa sering dinamakan juga kawruh tentang panembah jati (menyembah Tuhan). Yakni berisi kawruh sejati, mulai dari sarengat, tarekat, hakekat, sampai makrifat.
Ngelmu dalam mistik kejawen adalah ngelmu kasampurnaan atau ngelmu kasunyatan. Yakni, ngelmu yang lebih nyata, sunya (suci). Ada juga yang menyebut ngelmu kasidan jati, yang berasal dari kata sidan (sempurna) dan jati (kesejatian). Ngelmu ini harus dijalankan melalui catur lampah (empat jalan), yaitu:
1. pangesthi atau pamelenging tekad. Yakni, berdasarkan kemantapan budi berupaya mencari jalan terang dalam kegelapan. Mistikawan lalu menerapkan ngelmu kanthong bolong. Maksudnya, mau menolong manusia lain tanpa memikirkan waktuk, asalkan isi kantong ada akan tumbuh niat
2. angelar pemandeng, maksudnya dengan jalan laku dyatmika (halus budi) melalui konsentrasi batin.
3. ambuka netra, artinya memperhatikan manusia lain dengan hati nurani yang jernih.
4. ngukub kabeh, artinya menjadi satu (manunggal) dengan dzat suci (Tuhan) secara utuh.
Untuk mengamalkan ngelmu, seperti halnya ditegaskan dalam Serat Cipto Waskhito karya Pakubuwono IV, harus melaksanakan empat hal: (1) mantep, mantap dengan penuh keyakinan untuk melakukan mistik kejawen, (2) temen, artinya melakukan mistik kejawen dengan tekun, (3) gelem nglakoni, mau mengamalkan apa yang diperoleh melalui laku tersebut, (4) aja gumunan, janganlah mudah terpukau atau heran terhadap keajaiban yang diperoleh melalui ngelmu. Hal ini berarti bahwa ngelmu sejati harus diperoleh olah rasa, yakni dengan menjalankan kewajiban hidup luhur. Akhirnya, mistikawan akan paham terhadap hakikat hidup, sehingga hidupnya tidak ngaya (memaksakan diri) atau nggrangsang (bernafsu meraih yang bukan semestinya).
Melalui ngelmu, orang Jawa akan melakukan penghayatan akan Tuhan dalam suatu hubungan langsung dengan-Nya. Karena mistik kejawen amat luas dan dalam, penghayat mistik akan memanfaatkan ngelmu untuk menjumpai Tuhan melalui pendalaman dan penjernihan batin. Intinya ngelmu kejawen akan membuka jalan penganutnya ke arah kenyataan sejati. Yakni kesejatian tentang ada, yang diselami melalui rasa, kehidupan, dan melebur di dalamnya. Ngelmu mistik akan mampu memahami semacam ilham yang tersingkap melalui realitas. Ngelmu tersebut merupakan pisau penghayatan ke hal yang sulit terdeskripsikan.
1 komentar:
Assallamu'alaikum Wr. Wb.
Hi friend, peace...
Thanks ilmu dan ngelmunya.
Kembangkan terus blognya. InsyaAllah bermanfaat.
Kalau sempat silahkan berkunjung atau mengikuti blog saya, "Sosiologi Dakwah" di http://sosiologidakwah.blogspot.com
Wassallamu'alaikum Wr. Wb.
Posting Komentar