22 Januari 2009

KEJAWEN
SEBUAH PEMAHAMAN DASAR


Kita merasa cukup bahagia tinggal di Jakarta yang metropolitan, tempat bergaulnya berbagai etnis lokal dan manca, menjalani proses alami membaur dalam kehidupan bernegara yang merdeka dan berbudaya. Dengan semangat kebersamaan dan sederajat, yang dengan nyata telah mengetengahkan berbagai pandangan hidup, baik yang sifatnya masih lokal maupun yang telah mendunia. Untuk kesejahteraan, kebahagiaan, dan terutama ketentraman hidup sering diadakan diskusi, sarasehan, ataupun temu rasa yang bersifat spiritual dan lintas agama. Sejuk rasa hati karena merasakan kebesaran sang pencipta dalam kehidupan sejati, dimana sesama manusia tidak dikotak-kotakkan. Tetapi esensi kebersamaan dan persamaan yang sama-sama didambakan semua pihak dan itu hakikatnya ialah amanah hidup ini. Benar sekali kata leluhur Jawa bahwa semua agama itu baik.

Kejawen selama ini dianggap oleh masyarakat awam sebagai sebuah agama. Akan tetapi pengertian Kejawen yang sebenarnya adalah suatu sikap hidup yang tidak menonjolkan keduniawian, tetapi dalam waktu bersamaan juga sikap budaya yang menghargai laku spiritual yang saling mengkait dan hakikatnya tak terpisahkan. Sebenarnya bila disimak dengan jujur dan tenang, Kejawen cukup ideal untuk dilaksanakan pada masa kini dan merupakan salah satu pilihan untuk membenahi kehidupan dunia yang perdaban sejatinya masih belum terwujud. Hal tersebut dikarenakan Kejawen mempunyai pemahaman spiritual yang universal dengan meyakini bahwa Sang Pencipta Kehidupan itu Maha Adil, Maha Pengasih dan Penyayang, sehingga semestinya jalan hidup ini terang dan indah. Segala kebutuhan lahir-batin spiritual akan terpenuhi bila disikapi dengan benar dan tawakal.

Kejawen yang dulu diajarkan dengan sangat tertutup dan hanya dari mulut ke mulut, sekarang telah terbuka dan transparan sehingga selain baik untuk penghayatan dan peminat juga memudahkan pekerjaan pengamat dan peneliti. Terbukti saat ini telah banyak buku yang membahas tentang Kejawen dan dapat dibaca serta dipelajari oleh masyarakat seperti yang tertulis dalam buku “Kejawen: Laku Menghayati Hidup Sejati” dan “Kejawen: Menjawab Tantangan jaman”

Pemahaman Kejawen
Sistem pengajaran Kejawen memang berbeda dengan pengajaran filosofia zaman kuno. Sistem tersebut terbuka dalam kelas-kelas dan disebarkan untuk para peminat dan untuk umum. Filosofi “cinta kebajikan” dijalankan secara terbuka, sementara dalam Kejawen ada ajaran “cinta kesempurnaan” yang diajarkan oleh para guru berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang telah lama diteliti, hanyalah akan bisa diterima oleh orang-orang yang terpilih, orang-orang yang mampu dan kuat menerima serta mengamalkannya. Maka itu pengajarannya bersifat sangat selektif.

Oleh karena hanya dibicarakan dalam kelompok-kelompok kecil, lalu biasanya juga pelan-pelan, maka dikatakan “klenik”. Jadi sebenarnya kata klenik itu tidak ada jeleknya atau negatifnya. Hanya saja oleh pihak-pihak yang kurang mengerti, kata klenik itu dikonotasikan negatif. Sehingga dengan sengaja ada yang menghembuskan Kejawen itu klenik, bohong, tak ada gunanya, dan kampungan.

Pihak-pihak yang kurang mengerti Kejawen antara lain mungkin golongan yang “sok” modern, belum apa-apa sudah lebih dulu mencap dengan konotasi negatif bahwa Kejawen itu klenik, ketinggalan jaman, masa lalu, dan lain-lain. Masih lagi dihubungan dengan tahayul, suka main kembang, membakar kemenyan, senang berada di kuburan, suka nyentrik, misterius, pakaiannya aneh-aneh, serba hitam, rambut panjang, jari tangannya penuh dengan batu akik, tidak berpikir logis, suka perdukunan, dan tukang santet.
Bagi yang masih mau mendengarkan penjelasan bagus, paling tidak menggunakan sedikit waktunya untuk mendengarkan dan menbaca Kejawen itu sebenarnya apa. Pemahaman Kejawan bisa dipandang dari beberapa aspek yang akan diuraikan. Salah satu segi Kejawen adalah kawruh-nya (pengetahuan) yang disebut kebatinan, yaitu spiritualisme Kejawen. Kebatinan dibagi dua, yaitu ilmu dan ngelmu.
Ilmu adalah hasil pikiran manusia yang makin lama makin maju, karena temuan para ahli dalam budaya ilmu pengetahuan. Sedangkan ngelmu itu berhubungan dengan gaib. Jadi ngelmu sebenarnya dari dulu sudah ada, hanya dibukanya sedikit-sedikit sesuai kebutuhan manusia. Beberapa ngelmu atas kehendak Tuhan YME dengan jalan diuraikan (di-wedar), lebih terbukansedikit demi sedikit sehingga lama-kelamaan akan terlihat.
Demikian juga dengan penghayat Kejawen akan menerima ngelmu itu dan memahaminya sedikit demi sedikit, sesuai dengan hukum alam. Untuk memahami dan mengalami itu harus dengan cara belajar dan praktek. Maka itu untuk orang Kejawen belajar itu tiada hentinya, sampai saat orang itu pulang ke alam kelanggengan. Ini juga untuk menjaga supaya orang itu tidak kaget dalam menerima, karena bisa berbahaya.
Mempelajari Kejawen tidak berarti menghidupkan primordialisme sempit, kesukuan, kedaerahan, dimana yang diagung-agungkan hanya Jawa. Kita harus berani bijak dan belajar dari sejarah. Pada jaman kuno sebelum ada nama Indonesia, nama Jawa sudah dikenal lebih dahulu. Jadi kenapa disebut Kejawen? Hal itu dikarenakan bahwa Kebatinan yang dipelajari berakar kuat pada adat-istiadat dan budaya yang bersumber dari masyarakat dan tanah Jawa. Hal itu bukan berarti animisme atau paganisme, tetapi kepercayaan kepada Yang Maha Esa, Sang Pencipta Hidup jagat raya beserta isinya, yang diagungkan sebagai Gusti, Pangeran, dan Tuhan.
Kejawen itu ilmu dan ngelmu spiritual Jawa yang bila dihayati dan dijalani dengan baik dalam kehidupan akan menemukan jalan spiritual ke urip hidup sejati, mencapai hubungan yang harmonis/serasi dan selaras antara kawulo dan Gusti. Inilah yang dalam istilah Kejawen disebut Kasunyatan (kenyataan). Jelas salah pengertiannya atau memang sengaja mendiskreditkan Kejawen, dengan mengatakan Kejawen itu ilmu hitam, pemuja roh halus bahkan suka mengundang setan.
Inti dari Kejawen adalah penyembahan kepada Tuhan YME, inti laku utamanya adalah pendekatan diri kepada Tuhan dengan jalan samadi. Jadi jalan pencarian dan jalan menemukan Tuhan itu teramat penting bagi Kejawen.
Bagaimana kalau ada yang mengatakan bahwa Kejawen itu mistik? Menurut “The Oxford American Dictionary of Current English” definisi mystic adalah: “A person who seeks by contemplation and self surrender to obtain unity with or obsorption into deity or the ultimate reality, or who believes in the spiritual apprehension of truths that are beyond understanding.”
Dengan pengertian mistik seperti diatas memang bisa dikatakan bahwa Kejawen juga berunsur mistik, termasuk orang yang dalam pendekatan diri kepada-Nya, bartafakur dan berpasrah total untuk mendapatkan persatuan dan kenyataan tertinggi dalam naungan kebesaran Tuhan, itu sama dengan pengertian Manunggaling Kawulo Gusti, hubungan selaras hamba dengan Tuhan. Sifat mistik yang seperti ini, sebenarnya universal, yang juga terdapat di agama-agama dan kepercayaan yang mengagungkan Tuhan.
Hal yang menjadi sorotan adalah sesaji, yang terdiri atas macam-macam barang dan wujud. Ada yang berupa nasi tumpeng, rangkaian dedaunan atau bunga-bunga yang ditaruh di piring atau bokor, berbagai lauk-pauk, penganan dan minuman. Sesaji pada dasarmya merupakan simbol-simbol pengungkapan yang bermakna baik. Untuk suatu upacara tradisional, misalnya perkawinan, mitoni (tujuh bulanan kehamilan anak pertama), syukuran, dan lain-lain. Sesaji komplit yang diadakan kalau dirangkai menjadi kalimat yang artinya:
pengakuan dan ungkapan terima kasih kepada Tuhan, Penguasa, dan Alam.
permohonan supaya upacara berjalan selamat dan mendapatkan perlindungan-Nya.
mendapatkan restu dari para pini sepuh (orang tua).
Berisi petuah-petuah untuk hidup yang baik, giat belajar, bekerja, berbuat baik dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga, dan sesama.
selalu hidup rukun dalam masyarakat, dengan sesama hidup, termasuk dengan alam dan segala isinya, artinya harus peduli dan melestarikan alam, karena semuanya adalah ciptaan Tuhan.
supaya tidak ada gangguan dari orang usil, maupun dari makhluk yang metafisik.
Mengenai wujud, jenis, dan rupa sesaji itu memang demikian menurut tradisi dan harus diakui bahwa setiap etnis, bangsa, atau daerah tertentu mempunyai tradisinya masing-masing. Pepatah Jawa bilang: Desa mawa tata, negara mawa cara. Desa dan kota masing-masing ada aturannya dan sebaiknya kita ikuti saja, supaya berjalan baik sebagaimana mestinya.
Tentang sesaji bunga, hal itu sudah biasa dipergunakan, termasuk oleh orang Barat, karena juga memang indah, bukankan dikatakan “katakan dengasn bunga!” bentuk, rupa, dan arti simbolis sesaji dan upacara-upacara tradisional Jawa, pada kenyataannya sangat dikagumi oleh orang-orang mancanegara termasuk wisatawannya, terlebih setelah diberitahu apa arti yang tersirat. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bangga mempertahankan, melestarikan, dan memperkenalkan upacara-upacara tradisional kita, lengkap dengan sesajinya.
Menurut beberapa pemerhati, Kejawen selain berarti ngelmu spiritual Jawa untuk menemukan jalan ke kehidupan sejati, mencapai hubungan harmonis, serasi, selaras Kawulo Gusti yang adalah Kasunyatan. Juga sering disebut kebatinan, spiritualisme, ngelmu spiritual atau ngelmu sejati tentang kepercayaan kepada Tuhan YME.
Menurut definisi Kongres Kebatinan III tahun 1957 di Jakarta yang dipimpin oleh Mr. Wongsonegoro, yang disitir oleh Bung Karno dalam pidato sambutannya pada kongres tersebut yang berjudul “Kebatinan Sejati” menyatakan bahwa kebatinan adalah sumber azas dari sila Ketuhanan YME untuk mencapai budi luhur guna kesempurnaan hidup.
Kejawen yang mencakup kehidupan orang Jawa yang beradab yang berakar kuat pada budaya dan tradisi adiluhung yang meliputi aspek-aspek lahiriah, batin, dan ngelmu sejati atau kesempuranaan, seperti ilmu pengetahuan, bahasa, satra, tata krama, tata susila, adat-istadat, seni budaya, budi pekerti, dan budi luhur. Falsafah mamayu hayuning bawono dan ngelmu kesempurnaan hidup untuk jambuhing kawulo gusti selalu menjadi pegangan yang penting. Sehingga dengan sikap dan laku Kejawen, dalam hidup ini kita bisa nglenggahi urip ing marcapada lan urip kang sejati, yaitu mampu menjalani hidup baik dan benar di dunia ini sekaligus mampu menghayati hidup sejati melalui hubungan harmonis, selaras kawulo gusti atau hubungan hamba dengan Tuhan.
Kita bisa melaksanakan hak dan kewajiban hidup kita secara seimbang lahir, batin, dan spiritual sebagai manusia yang sadar, yang selalu mau belajar, bekerja, dan berusaha dengan rajin, tekun, prosduktif, konstruktif, berpikir, bersikap, dan bertindak positif untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dunia, dan alam semesta (ingat kita semua merupakan bagian yang tak terpisahkan dari itu semua), dan selalu menyembah dan berbakti kepada Tuhan, menurut agama dan kepercayaannya yang benar-benar dihayati. Sehingga keseimbangan hidup dalam Kejawen adalah sekali lagi lahir, batin, spiritual, dan hidup ini haruslah aktif, tidak loyo. Silahkan berbuat apapun asal dengan cara yang baik dan benar, menjunjung etika dan moral, sopan, suka menolong, pendek kata kebutuhan hidupnya di dunia supaya terpenuhi dengan memadai sesuai dengan keperluan pokok dan perkembangan zaman yaitu antara lain: sandang, pangan, papan, intelektual, budaya, dan spiritual.

2 komentar:

sajakilalang mengatakan...

saya sangat setuju dengan Mas Ikbal. Kejawen adalah pola pikir dan pola perasaan yang sangat halus dan hanya dapat dimiliki orang yang rendah hati. Semoga sisi arti kejawen ini dapat memberi sumbangsih untuk tegaknya NKRI.

sajakilalang.blogspot.com

Unknown mengatakan...

GURAH BATAM (Hp. 0856 6830 3029)

GUN PAKARE buka Praktek Terapi GURAH di Batam sejak Tahun 2002 dengan tujuan untuk melestarikan GURAH tersebut agar tidak punah...dan hanya fokus pada pelayanan TERAPI GURAH TETES HIDUNG, agar dalam pelayanan Terapi GURAH benar-benar bisa optimal, serta... sudah RIBUAN Pasien yang telah ditanganinya... yang datang dari dalam kota, luar kota, luar pulau, bahkan dari manca Negara.
GURAH adalah...proses pembersihan organ tubuh dari berbagai lendir negatif yang merugikan organ tubuh secara alami...dengan cara meneteskan ramuan Gurah ke dalam hidung.

GURAH merupakan cara terapi tradisional yang diwariskan oleh para leluhur dari tanah JAWA...dan lebih dikenal khususnya oleh kalangan pertapa (ahli Meditasi), Pesilat, Dalang dan Pesinden sebagai upaya untuk membantu meringankan olah nafas (nafas panjang), suaranya nyaring dan kuat, serta...dimanfaatkan oleh sebagian Guru mengaji untuk menggurah para santrinya agar suaranya bagus dan merdu dalam membaca ayat-ayat suci Al-Quran...yang kemudian belakangan ini sangat marak dikenal dan dilakukan oleh para Penyanyi.

Selain bermanfaat untuk perawatan suara dan untuk perawatan kesehatan organ tubuh dari berbagai lendir yang bersifat negatif... Ber-GURAH juga sangat bermanfaat untuk membantu meringankan pengobatan berbagai penyakit, diantaranya...Batuk Menahun, Pilek Menahun, Sinusitis, Pusing Menahun, Perokok berat, dll.

Tetapi hal ini hanya berdasarkan bukti empiris hasil pengalaman praktek yang telah saya lakukan bertahun-tahun sejak Tahun 2002 s/d saat ini.

Bagi anda yang membutuhkan bantuan jasa Terapi GURAH,URUT URAT SYARAF, BEKAM DAN SUPRANATURAL silahkan Hubungi GUN PAKARE (Ahli Terapi Tradisional Batam) di No Hp. 0856 6830 3029